Karya Motinggo Busye
Dipentaskan oleh Teater Wejang
Judul : Malam
Jahanam
Karya : Motinggo
Busye
Pimpinan
Produksi : Agung Emon
Sutradara
: Dedy
Setiawan
StageManager : Ari Prasetyo
Penata
Artistik Panggung : Joko
Penata
Lampu : Agung T
Penata
Musik : Triyono
Pemain
1. Dermawan
: sebagai Mad Kontan
2. Ulya : sebagai
Paijah
3. Fajar : sebagai
Sulaiman
4. Wahyu
: sebagai Pak
Pijat
5. Aris
: sebagai
Utay
Sinopsis/Jalan Cerita
Cerita ini bermula dari
dua gubuk kecil yang berdiri di pinggir pantai. Gubuk yang satu dihuni oleh Mad
Kontan, Paijah, dan istrinya. Sedangkan gubuk yang satunya ditinggali oleh
Sulaiman, seoarang laki-laki yang belum memiliki pendamping hidup dan tinggal
sendiri. Entah apa yang menyebabkan Sulaiman sampai sekarang belum memiliki
seorang istri.
Ketegangan mulai terjadi saat Mad
Kontan marah besar karena dia mengetahui beonya mati. Ia bahkan sesumbar akan
membunuh siapa saja yang telah menghabisi beo kesayanganny. Mad Kontan pun
memarahi istrinya tanpa ia tau apa-apa. Sulaiman yang mendengar pertengkaran it
pun merasa heran, tidakkah Mad Kontan kasihan pada istrinya. Lelaki yang belum
menikah ini merasa iba melihat Paijah yang diperlakukan seperti itu oleh
suaminya sendiri.
Keduanya bertengkar hebat. Mad
Kontan mengamuk lantaran beonya mati. Sementara Paijah merasa kecewa pada
suaminya yang tidak pernah peduli dengan istri dan anaknya. Mad Kontan memeng
selalu sibuk bermain burung dari satu tempat ke tempat yang lain. Lelaki itu
selalu membanggakan anak semata wayangnya, si Kontan kecil. Padahal di rumah,
Mad Kontan kerap memaki dan mengatai istrinya.
Kesabaran Sulaiman sudah habis, dia
tak kuasa melihat Paijah yang terus disakit hatinya. Dia mengaku bahwa dia yang
telah membunuh beo Mad Kontan karena Sulaiman merasa dendam dan iri pada Mad
Kontan yang memiliki segalanya. Anak semata wayang yang selama ini
dibangga-banggakannya Mad Kontan itu ternyata bukan anak kandug Mad Kontan,
melainkan anak dari Sulaiman dan Paijah. Mereka berdua saling mencintai dan
kasmaran karena Mad Kontan lebih memilih burung dan jarang pulang ke rumah.
Mendengar pengakuan Sulaiman, Mad
Kontan marah besar. Dia lalu mengambil golok dan ingin membunuh Sulaiman. Tapi,
rupanya dia menyadari bahwa ini semua karena kesalahannya juga. Dia sangat
kecewa dan menyesal.
Kritik/Tanggapan
Menyaksikan pementasan
teater “Malam Jahanam” yang digarap oleh Wejang ini saya melihat ada beberapa
kakurangan. Saat adegan malam hari, saya masih melihat ikan yang dijemur di
depan rumah Mad Kontan, itu sangat tidak masuk akal. Harusnya bisa disiasati,
saat sorenya ikan diangkat. Meskipun dalam naskah tidak ada, tapi bisa
dijadikan sebagai
improvisai. Ketika Paijah
menangis, aktingnya kurang menjiwai, tidak terlihat alami. Apalagi pada saat
menangis Paijah selalu menutupi mulut dan hidungnya, sehingga penonton tidak
dapat melihat kenaturalannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar