Senin, 04 Agustus 2014

ANALISIS TEATER “MALAM JAHAMAN”

Karya Motinggo Busye
Dipentaskan oleh Teater Wejang 


Judul                                       : Malam Jahanam
Karya                                     : Motinggo Busye
Pimpinan Produksi                  : Agung Emon
Sutradara                                : Dedy Setiawan
StageManager                        : Ari Prasetyo
Penata Artistik Panggung        : Joko
Penata Lampu                        : Agung T
Penata Musik                         : Triyono

Pemain
1.      Dermawan                       : sebagai Mad Kontan
2.      Ulya                                 : sebagai Paijah
3.      Fajar                                : sebagai Sulaiman
4.      Wahyu                             : sebagai Pak Pijat
5.      Aris                                  : sebagai Utay

Sinopsis/Jalan Cerita
         Cerita ini bermula dari dua gubuk kecil yang berdiri di pinggir pantai. Gubuk yang satu dihuni oleh Mad Kontan, Paijah, dan istrinya. Sedangkan gubuk yang satunya ditinggali oleh Sulaiman, seoarang laki-laki yang belum memiliki pendamping hidup dan tinggal sendiri. Entah apa yang menyebabkan Sulaiman sampai sekarang belum memiliki seorang istri.
        Ketegangan mulai terjadi saat Mad Kontan marah besar karena dia mengetahui beonya mati. Ia bahkan sesumbar akan membunuh siapa saja yang telah menghabisi beo kesayanganny. Mad Kontan pun memarahi istrinya tanpa ia tau apa-apa. Sulaiman yang mendengar pertengkaran it pun merasa heran, tidakkah Mad Kontan kasihan pada istrinya. Lelaki yang belum menikah ini merasa iba melihat Paijah yang diperlakukan seperti itu oleh suaminya sendiri.
          Keduanya bertengkar hebat. Mad Kontan mengamuk lantaran beonya mati. Sementara Paijah merasa kecewa pada suaminya yang tidak pernah peduli dengan istri dan anaknya. Mad Kontan memeng selalu sibuk bermain burung dari satu tempat ke tempat yang lain. Lelaki itu selalu membanggakan anak semata wayangnya, si Kontan kecil. Padahal di rumah, Mad Kontan kerap memaki dan mengatai istrinya.
         Kesabaran Sulaiman sudah habis, dia tak kuasa melihat Paijah yang terus disakit hatinya. Dia mengaku bahwa dia yang telah membunuh beo Mad Kontan karena Sulaiman merasa dendam dan iri pada Mad Kontan yang memiliki segalanya. Anak semata wayang yang selama ini dibangga-banggakannya Mad Kontan itu ternyata bukan anak kandug Mad Kontan, melainkan anak dari Sulaiman dan Paijah. Mereka berdua saling mencintai dan kasmaran karena Mad Kontan lebih memilih burung dan jarang pulang ke rumah.
      Mendengar pengakuan Sulaiman, Mad Kontan marah besar. Dia lalu mengambil golok dan ingin membunuh Sulaiman. Tapi, rupanya dia menyadari bahwa ini semua karena kesalahannya juga. Dia sangat kecewa dan menyesal.

Kritik/Tanggapan
       Menyaksikan pementasan teater “Malam Jahanam” yang digarap oleh Wejang ini saya melihat ada beberapa kakurangan. Saat adegan malam hari, saya masih melihat ikan yang dijemur di depan rumah Mad Kontan, itu sangat tidak masuk akal. Harusnya bisa disiasati, saat sorenya ikan diangkat. Meskipun dalam naskah tidak ada, tapi bisa dijadikan sebagai improvisai. Ketika Paijah menangis, aktingnya kurang menjiwai, tidak terlihat alami. Apalagi pada saat menangis Paijah selalu menutupi mulut dan hidungnya, sehingga penonton tidak dapat melihat kenaturalannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar